Kamis, 28 Maret 2024

80 Persen Biro Perjalanan Wisata Kolaps


  • Sabtu, 21 Agustus 2021 | 17:13
  • | News
 80 Persen Biro Perjalanan Wisata Kolaps Foto ilustrasi: Gino Crescoli from Pixabay

 

ARAHDESTINASI.COM: Sekitar 80 persen biro perjalanan wisata yang tergabung dalam Inbound Tour Operators Association (IINTOA). Mereka tak sanggup lagi membiayai operasional dan terpaksa beralih profesi setelah melepas beberapa,aset.

“Kalau ditanya berapa penurunan pendapatan anggota IINTOA, jawabannya bukan lagi turun tapi minus. Tahun 2019 masih ada keuntungan, pada 2020 mulai kembang kempis, dan sekarang sudah benar-benar minus,” ujar Paul Edmundus Talo, ketua umum IINTOA dalam jumpa pers virtual, Jumat (20/8).

Dalam jumpa pers tersebut, beberapa anggota IINTOA berkisah tentang alih profesi sementara yang mereka lakukan. Ada yang mengubah kantor menjadi tempat berjualan sembako hingga menjual sebagian aset untuk usaha beternak ayam.

“Saya sendiri sudah melepas aset kendaraanke leasing karena tak mampu lagi membayar cicilan bulanan. Selain itu. dengan sangat terpaksa merumahkan 90 persen karyawan. Dari 57 karyawan, hanya tersisa tujuh orang. Hingga bulan Februari kami masih bisa bayar gaji full, tapi sekarang saya berutang, menggaji sekadar untuk makan,” katanya.

Paul baru saja mendapat kabar, sudah ada biro perjalanan wisata yang menutup usahanya. “Sedih sekali mendengarnya. Saat ini yang terbanyak menidurkan usaha sembari menunggu waktu bisa beroperasi kembali. Pandemi ini bukan hanya berdampak pada karyawan tetap, tetapi juga tenaga lepas seperti pemandu wisata. Mereka sekarang banyak pulang kampung,” ujarnya.

Senasib dengan Paul, Indra Rompas dari Horas Tour juga menginformasikan, pihakya terpaksa melepas sebagian besar karyawan. Dari 35 karyawan yang dimiliki, kini hanya tersisa delapan orang dengan gaji yang dia istilahkan untuk menahan lapar. “Kami berusaha tetap membayar full BPJS dan memberikan tunjangan hari raya, walau pun gaji sudah tidak lagi diberi,” ujarnya.

Ketidak mampuan memberi gaji pada karyawan juga dikemukakan Kuswadirawit dari Batu International Wisata yang berkantor di Batu, Jawa Timur. Saat ini dia beralih usaha ke jual beli sembako.

“Kami tidak mampu lagi menggaji karyawan. Untuk bertahan, mereka sekarang menjadi reseller sembako,” ujarnya.

Hantaman pandemi terhadap usaha pariwisata inbound yang biasa mendatangkan devisa dari wisatawan asing juga dialami perusahaan besar sekelas Pacto dan Panorama.

General Manager Pacto Ltd Freddy Rompas, mengatakan sebanyak 90 persen karyawan di Bali terpaksa dirumahkan, dengan gaji sangat minim, di bawah 5%.

Langkah hampir serupa juga dikemukakan Ricky Setiawan dari Panorama Destination. Dia menyebutkan, perusahaan tbk itu memutuskan memertahankan 30 persen karyawan berkualitas.

“Kami dberusaha keluar dari kesulitanengan tetap , memertahankan SDM dan pelanggan setia di luar negeri yang terus memberi support,” katanya. (*)

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

News Terbaru