Kamis, 02 Mei 2024

Jika ke Malang, Jangan Lupa Datangi Boon Pring


 Jika ke Malang, Jangan Lupa Datangi Boon Pring Boon Pring Andeman / Foto: Istimewa

ARAHDESTINASI.COM: Pernah berwisata di antara sejuk dan keteduhan pohon bambu? Jika belum , Anda wajib mencoba datang ke Boon Pring Andeman di Desa Sanankerto, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang.

Di tempat itu, wisatawan bisa bersantai menikmati kesejukkan udara. Meski di siang hari bolong, kawasan itu tetap terasa sejuk. Maklum, batang-batang bambu punya kemampuan menyimpan udara dingin, sehingga ketika siang hari, suasana sekitarnya bisa tetap sejuk. Disarankan, untuk datang ke Boon Pring di pagi hari, saat matahari mulai menerobos sela-sela rumpun bambu. Dijamin akan mendapat foto indah. Jangan lupa eksplor seputar lahan konservasi air (semacam irigasi) yang bentuknya mirip danau alami. Nikmati kabut dan suasana hijau mengesankan.

Sejak 2015, Boon Pring dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kertoraharjo. Berlahan tapi pasti, kawasan Boon Pring yang luasnya mencapai 36.8 hektare memiliki fungsi ganda sebagai salah satu sumber mata pencaharian penduduk sekaligus objek wisata. Fasilitas-fasilitasnya pun terus bertambah. Antara lain wisata perahu, sepeda kayuh untuk mengelilingi danau, hingga flying fox. Masyarakat juga sudah mengembangkan usaha homestay.

Boon Pring merupakan kawasan bambu yang sudah diwarisi masyarakat desa secara turun-temurun. Ada sekitar 100 jenis bambu yang bisa dipelajari di kawasan tersebut. Tidak mengherankan, jika kawasan itu juga kerap didatangi peneliti. Satu hal lagi yang menarik, masyarakat desa memiliki kearifan lokal dalam mengelola Boon Pring. Mereka punya aturan di usia berapa boleh ditebang dan sistem pembagian hasil dari pemanfaatan bambu.

Adalah Mohammad Subur, Kepala Desa Sanankerto, Turen, Malang, yang berhasil mengembangkan pariwisata Boon Pring Andeman. Ekowisata ini berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, pemberdayaan masyarakat serta aspek pembelajaran dan pendidikan.

Pengembangan ekowisata ini dimulai pada 2015. Desa Sanankerto menangkap trend wisata alam yang tengah populer. Awalnya, hutan bambu di Desa Sanankerto sekadar sebagai lahan konservasi air untuk keperluan irigasi. Lalu, mereka mulai mengembangkan layanan ekowisata, dimana fungsi konservasi tetap ada, namun masyarakat dapat mendapatkan nilai lebih dari adanya pariwisata.

Selain fungsi konservasi, masyarakat Desa Sanankerto juga memanfaatkan bambu untuk kayu bakar dan bahan baku membuat gedek sebagai dinding rumah. Pemerintah Desa mengajak masyarakat untuk berembug tentang pengembangan desa wisata.

Embung yang hanya untuk irigasi serta bertanam selada air, dikeruk. Nuasa Desa menjadi dinamis. Musyawarah Desa berjalan. Sinergi dengan Pendamping Desa terlaksana dengan baik. Mereka juga punya even Grebeg 1001 Tumpeng yang dikemas dengan apik, sehingga semua komponen masyarakat tertarik. Blogger dan YouTuber berdatangan.

Dari sinilah, semua berubah. Masyarakat kian solid. Pohon bambu yang tinggi menjulang tumbuh kuat mengakar, menyimpan sumber-sumber mata air kehidupan di Sanankerto. Tidak kurang dari 9 mata air terdapat di lahan seluas 36,8 Ha, sehingga embung tak pernah kering.

Tercatat, tidak kurang dari 76 ribu pengunjung datang pada 2017 lalu. Sejak Januari hingga Agustus 2018 ini, sudah tercatat 83 ribu pengunjung.

Akhirnya, tak hanya pendapatan masyarakat yang bertambah, lantaran buruh tani juga berjualan di warung-warung sekitar Boon Pring, tapi juga Pendapatan Asli Desa (PADesa) meningkat pesat. Tak tanggung-tanggung, RT/RW mendapat tambahan insenttif, anak-anak berprestasi dari keluarga tidak mampu mendapatkan beasiswa.

Desa Sanankerto yang dulunya terisolir dan miskin serta kerap menjadi sasaran program Inpres Desa Tertinggal (IDT), kini telah menjelma menjadi desa yang luar biasa.

Desa Sanankerto merupakan bagian dari sekuel praktik baik dalam pemanfaatan Dana Desa (DD). Pengembangan wisata Boon Pring Andeman merupakan praktik inovasi dalam pemanfaatan DD untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

AKSES: Boon Pring sekitar 40 km dari pusat kota. Patokan dari pusat kota adalah Pasar Turen, dari situ bisa dilanjutkan ke Boon Pring sekitar 8 km lagi. Jika menggunakan angkutan umum, turunlah di pangkalan ojek sekitar Pasar Turen. Perjalanan ke Boon Pring bisa dilanjutkan dengan ojek.

TIKET MASUK: Tiket masuknya Rp5.000/orang. Menggunakan fasilitas seperti flying fox, perahu, sekitar Rp10 ribu hingga Rp25 ribu.

 

 

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Indonesia Terbaru