Jumat, 19 April 2024

Purworejo Punya Glamping De‘Loano


 Purworejo Punya Glamping De‘Loano Foto: Dok Biro Komunikasi Publikasi Kemenpar

ARAHDESTINASI.COM: Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, sekarang punya Glamorius Camping (Glamping) De’Loano dan Pasar Digital di Desa Sedayu.

Glamping De’ Loano yang baru-baru ini diresmikan Menteri Pariwisata Arief Yahya, dilengkapi dengan amenitas nomadic berupa glamp camp, home pod, dan caravan. Glamping De’Loano menyiapkan 11 tenda eksklusif terdiri dari satu buah mushola dan 10 tenda inap (1 tenda VIP berkapasitas 4 orang dan 9 tenda berkapasitas 6 orang) total kapasitas inap mencapai 60 orang.

De’Loano menempati lahan 1,3 hektare di kawasan perbukitan berudara sejuk. Lokasi glamp camp tersebut dilengkapi sejumlah fasilitas antara lain tourism information semi outdoor restoran, outdoor cinema, cozy seating spot, toilet umum, dan spot-spot foto instragramble yang kini banyak diminati wisatawan milenial.

PHOTO-2019-02-15-13-20-27

Kawasan perkemahan dengan fasilitas bintang itu dikembangkan oleh Badan Otorita Borobudur, (BOB) bekerja sama dengan Perum Perhutani. Untuk lebih menghidupkan dan memanjakan wisatawan, BOB juga melakukan kerja sama dengan Generasi Pesona Indonesia (Genpi) Purworejo yang berinisiatif mendirikan Pasar Digital di Desa Sedayu atau sekitar 15 menit dari area glamping yang asri dan masih natural.

De'Loano merupakan salah satu wujud perencanaan BOB yang akan mengelola lahan seluas 309 hektar di kawasan Purworejo, 12 kilometer dari Candi Borobudur dan 35 kilometer dari bandara NYIA, Yogyakarta. Kawasan yang masuk area Perhutani itu menjadi zona otoritatif BOB dan dikenal dengan nama Borobudur Highland.

PHOTO-2019-02-15-13-20-20

"Ini sebagai tahap awal dan akan menjadi proyek percontohan nomadic tourism yang sedang terus dikembangkan di empat destinasi prioritas; Danau Toba, Labuan Bajo, Mandalika, dan Borobudur. Glamping De’Loano ini bagian dari pendukung Borobudur," kata Menpar ketika meresmikan De’Loano dan Pasar Digital.

Menpar Arief Yahya mengapresiasi pengembangan Glamping De’Loano sebagai sinergi kerja sama antara Badan Otorita Borobudur (BOB) dengan Perum Perhutani. Pada tahap awal BOB menggunakan lahan seluas 1,3 hektare dari total keseluruhan lahan zona otorita sekitar 308 hektare untuk percontohan (show case) serta dalam rangka mengundang investor.

“Bisnis nomadic tourism banyak diminati investor karena karakter bisnis ini murah, cepat operasional, dan cepat kembali modal sesuai dengan karakter pasar potensial yang disasar yaitu para wisatawan milenial,” kata Arief Yahya.

PHOTO-2019-02-15-13-20-31

Dalam mengembangkan model bisnis ini juga ada konsep ekonomi berbagi atau sharing economy yang memberi keuntungan bagi semua pihak yang terlibat meliputi pemilik lahan, pengelola, dan masyarakat setempat.

Sisi lain keunggulan bisnis nomadic tourism yakni hanya membutuhkan biaya yang tidak mahal dengan keuntungan yang diperoleh relatif singkat. “Saya berani membuat tagline nomadic tourism yakni solusi sementara, sebagai solusi selamanya. Hal ini sudah terbukti dan sesuai dengan keadaan saat ini,” kata Arief Yahya.

Seperti diketahui nomadic tourism menjadi kebutuhan wisatawan milenial sekaligus sebagai solusi dalam mengatasi keterbatas dalam membangun unsur 3A (Aktraksi, Amenitas, dan Aksesibilitas) di 10 destinasi pariwisata prioritas yang akan diwujudkan pada 2019 ini.

Untuk membangun fasilitas amenitas yang permanen seperti hotel berbintang, pengalaman di Nusa Dua Bali, membutuhkan waktu sekitar 15 tahun. Sedangkan dengan amenitas nomadik atau nomadic amenities (glamp camp, home pod, dan caravan) hanya sekitar 2 tahun.

Begitu pula untuk membangun aksesibilitas wisata nomadik dikembangkan dengan moda transportasi seaplane mudah menghubungkan obyek-obyek wisata yang terbesar di 17.000 pulau di Tanah Air, sedangkan kalau membangun bandara membutuhkan waktu lebih dari 5 tahun.

Potensi wisatawan milenial dunia yang berwisata sebagai backpacker atau wisatawan kelana di seluruh dunia mencapai 39,7 juta. Wisatawan ini terbagi dalam 3 kelompok besar yakni flashpacker atau digital nomad sekitar 5 juta orang, glampacker atau milenial nomad yang menetap sementara di suatu destinasi sembari bekerja sekitar 27 juta orang, dan luxpacker atau luxurious nomad yang mengembara di berbagai destinasi dunia yang instagramable sebanyak 7,7 juta orang. Para luxpacker lebih suka mengembara untuk melupakan hiruk-pikuk aktivitas dunia dan mereka lebih menyukai fasilitas amenitas glamping di kawasan wisata alam; danau, pegunungan, pantai, atau sungai.

Glamping De’Loano diharapkan menjadi destinasi baru yang akan menambah daya tarik bagi destinasi wisata di kawasan Borobudur karena posisinya yang hanya berjarak 10 kilometer sebelah utara bandara baru New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta. (*)

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Akomodasi Terbaru