ARAHDESTINASI.COM: International Air Transport Association (IATA) merilis pernyataan yang menyebutkan bahwa industri penerbangan di kawasan Asia Pasifik paling terdampak pandemi COVID-19
Analisis terbaru IATA menunjukkan bahwa krisis akibat COVID-19 akan membuat pendapatan maskapai penerbangan global turun US$ 314 miliar pada 2020 atau terjadi penurunan sebesar 55% dibandingkan dengan 2019.
Pukulan terbesar dialami industri penerbangan di Asia Pasifik yang diprediksi mengalami penurunan pendapatan terbesar senilai US$ 113 miliar atau minus US$ 88 miliar dibandingkan tahun 2019 dengan estimasi hingga 24 Maret 2020. Dari segi penumpang terjadi penurunan sebesar 50%.
Perkiraan itu menurut IATA dalam situs resminya, didasarkan pada skenario pembatasan perjalanan parah yang berlangsung selama tiga bulan, dengan pencabutan pembatasan secara bertahap di pasar domestik, diikuti oleh regional dan antarbenua.
“Situasinya memburuk. Maskapai dalam keadaan bertahan hidup. Mereka menghadapi krisis likuiditas dengan kemungkinan US$ 61 miliar yang akan hilang pada kuartal kedua. Kami telah melihat korban penerbangan pertama di wilayah tersebut. Akan ada lebih banyak korban jika pemerintah tidak segera bertindak untuk memastikan maskapai memiliki arus kas yang cukup untuk mengatasinya selama periode ini, ”kata Conrad Clifford, wakil presiden regional IATA, Asia-Pasifik.
Dia mengidentifikasi India, Indonesia, Jepang, Malaysia, Filipina, Republik Korea, Sri Lanka, dan Thailand sebagai negara prioritas yang perlu mengambil tindakan. IATA meminta pemerintah melakukan tindakan kombinasi dengan dukungan keuangan langsung, pinjaman, jaminan pinjaman, dan keringanan pajak.
“Memberikan dukungan untuk maskapai memiliki implikasi ekonomi yang lebih luas. Pekerjaan di banyak sektor akan terkena dampak jika maskapai tidak selamat dari krisis COVID-19. Setiap pekerjaan maskapai mendukung 24 lainnya dalam rantai nilai perjalanan dan pariwisata. Di Asia-Pasifik, 11,2 juta pekerjaan berisiko, termasuk yang bergantung pada industri penerbangan, seperti perjalanan dan pariwisata,” terang Clifford.
Maskapai penerbangan, tambahnya, terus melakukan peran penting saat ini dengan mengangkut barang-barang penting, termasuk pasokan medis, dan pemulangan ribuan orang yang terdampar di seluruh dunia akibat pembatasan perjalanan.
Setelah pandemi COVID-19 usai, pemerintah akan membutuhkan maskapai penerbangan untuk mendukung pemulihan ekonomi, menghubungkan hub manufaktur dan mendukung pariwisata. “Itu sebabnya mereka harus bertindak sekarang dan segera sebelum terlambat,” tegas Clifford.
Negara |
Persentase perubahan penumpang 2020 VS 2019 |
Persentase dampak permintaan penumpang 2020 VS 2019 |
Dampak Pendapatan (dalam US$ juta) |
Potensial Pekerjaan yang terdampak |
Australia |
-51% |
-50.510.000 |
-14,255 |
-362.100 |
Bangladesh |
-48% |
-5.541.000 |
-1,073 |
-61.900 |
Brunei Darussalam |
-50% |
-605.000 |
-114 |
-8.500 |
Kamboja |
-45% |
-5.390.000 |
-866 |
-770.000 |
Fiji |
-51% |
-1.158.000 |
-305 |
-65.100 |
India |
-47% |
-89.764.000 |
-11.221 |
-2.932.900 |
Indonesia |
-49% |
-59.756.000 |
-8.225 |
-2.069.000 |
Jepang |
-50% |
-93.862.000 |
-22.625 |
-585.900 |
Laos |
-51% |
-1.618.000 |
-220 |
-23.800 |
Malaysia |
-51% |
-33.513.000 |
-4.236 |
-220.500 |
Maldives |
-51% |
-2.747.000 |
-639 |
-37.200 |
Myanmar |
-48% |
-4..377.000 |
-691 |
-245.200 |
Nepal |
-51% |
-3.422.000 |
-522 |
-229.900 |
Selandia Baru |
-50% |
-12.865.000 |
-3.388 |
-170.100 |
Pakistan |
-52% |
-9.866.000 |
-1.829 |
-259.400 |
Philipina |
-47% |
-28.852.000 |
-4.481 |
-548.300 |
Korea Selatan |
-52% |
-59.219.000 |
-10.755 |
-371.200 |
Singapura |
-48% |
-23.897.000 |
-6.732 |
-169.000 |
Sri Lanka |
-58% |
-4.049.000 |
-715 |
-408.200 |
Thailand |
-52% |
-55.562.000 |
-8.289 |
-2.167.000 |
Vietnam |
-45% |
-31.902.000 |
-4.347 |
-989.500 |